BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Perubahan pola makan
menjurus ke sajian siap santap yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi
tapi rendah serat pangan (dietary fiber), membawa konsekuensi terhadap
berkembangnya penyakit degeneratif (jantung, diabetes mellitus, aneka kanker,
osteoporosis, dan hipertensi (http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tinggi).
Hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga tahun 1995 menunjukkan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah
tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada
umumnya perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria.
Orang sering cemas
bila tekanan darahnya tinggi atau rendah. Tapi yang lebih penting sebenarnya
adalah mengetahui batas toleransinya. Secara umum ada dua komponen tekanan
darah, yaitu tekanan sistolik (angka atas) alias kekuatan pendorong
yang timbul akibat pengerutan bilik jantung, dan tekanan diastolik
(angka bawah) yang merupakan kekuatan penahan pada dinding pembuluh
darah saat jantung mengendur antardenyut. Akibat dari mengerut dan
mengendurnya jantung ini timbul tekanan pada dinding arteri atau pembuluh
darah. Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih besar daripada tekanan yang
diperlukan untuk memelihara aliran darah yang tetap.
Tekanan darah juga
tergantung pada aktivitas tubuh seperti berolahraga, kegiatan rumah tangga,
stres, rasa cemas ataupun rasa takut. Pada saat itu, tekanan darah meninggi dan
bisa menembus batas normal. Namun, dengan beristirahat tekanan darah akan
kembali normal. Dikatakan normal apabila tekanan sistolik tidak lebih
dari 140 mm Hg dan tekanan diastolik tidak lebih dari 90 mm Hg. Yang
paling ideal adalah 120/80 sistolik/diastolik). Tekanan dikatakan
tinggi kalau sistolik lebih dari 160 mm Hg dan diastolik di atas 99 mm Hg,
dan angka itu muncul selama tiga kali pemeriksaan berturut-turut dengan selang
waktu 2 - 8 minggu.
Dalam bukunya Kiat
Menghindari Penyakit Jantung, dr. Mark Payne menekankan, bila seseorang sudah
cenderung memiliki penyakit tekanan darah tinggi, nomor satu ia harus selalu
memperhatikan diastoliknya. Sebagai patokan, untuk usia 20 - 60 tahun, batas
normal diastolik 90 - 100 mm Hg. Di atas 65 tahun 100 - 110 mm Hg. Namun, "Bila
angka diastolik di atas 85, seharusnya sudah mulai hati-hati," tulis dr.
Sadoso Sumosardjuno, DSOK, dalam bukunya Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam
Olahraga 3.
Dr. James
J. Lynch, Ph.D., guru besar psikologi dari University Maryland School of
Medicine, Baltimore, AS, menyatakan, untuk mendapatkan tekanan darah ideal,
pengukuran dilakukan pada saat seseorang tidak beraktivitas. Lynch menyarankan
agar pengecekan tekanan darah yang meragukan diulang beberapa kali pada jarak
waktu yang sama, misalnya setiap 24 jam. Bila ukuran tekanan darah Anda pada
hari ini menunjukkan 170/110, jangan langsung panik. Usahakan untuk
beristirahat dan tidur cukup. Kemudian esok harinya dan hari berikutnya pada
jam yang sama diukur sekali lagi. Kalau memang tetap tinggi, mungkin Anda
mempunyai kecenderungan berpenyakit tekanan darah tinggi. Kita perlu waspada
dan mencari penyebabnya. Apakah ada faktor lain sebagai pencetus, misalnya
akibat sampingan dari ginjal yang kurang beres, diabetes, atau kadar kolesterol
dan trigliserida yang tinggi.
Dalam kenyataan, 50%
penderita hipertensi tidak menunjukkan gejala yang jelas, apalagi bila masih
dalam taraf awal. Satu-satunya jalan untuk mengetahuinya adalah melakukan
kontrol teratur terutama bagi yang berusia di atas 40 tahun. Untuk mereka yang
mempunyai bawaan atau keturunan, pengontrolan hendaknya sudah dimulai sejak
usia 20-30-an.
1.2.
Tujuan Penulisan
1.2.1.
Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang
klien, penyakit, dan kebutuhan klien serta meningkatkan kemampuan dalam
penyusunan dan penyajian laporan studi kasus dari pengalaman nyata dilapangan
serta melaksanakan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.
1.2.2.
Tujuan Khusus
1.2.2.1. Mahasiswa mampu menerapkan proses keperawatan pada Asuhan
Keperawatan Pada Ny. E Dengan
Hypertensi di ruang “ICCU” Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.2.2.2. Mahasiswa mampu mendokumentasikan Asuhan
Keperawatan Pada Pada Ny. E Dengan Hypertensi di ruang “ICCU” RSUD Dr.Doris
Sylvanus Palangka Raya.
1.2.2.3. Mahasiswa mampu mengindentifikasi
kesenjangan yang terjadi antara teori degan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Pada Ny. E Dengan Hypertensi
di ruang “ICCU” RSUD Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.
Metode Penulisan
1.3.1. Metode Pembuatan Laporan Studi Kasus
Metode yang digunakan adalah
deskriptif dengan pemaparan kasus menggunakan pendekatan proses keperawatan.
1.3.2.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan
data primer dengan cara pemeriksaan fisik, wawancara dan observasi. Pengumpulan
data sekunder denagn cara mempelajari status pasien yang berisi catatan medis,
catatan keperawatan dan data penunjang.
1.3.3. Metode kepustakaan dan Internet
Pengumpulan
data tentang penyakit klien dan segala sesuatu yang berguna untuk
menidentifikasikan penyakit klien serta bagaiamana penanggulangannya, maka
digunakan literature yang membahas tentang penyakit klien baik dari buku-buku
maupun dari situs website internet.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Hypertensi Heart Disease adalah
penyakit jantung hipertensif ditegakan bila diketahui ventikel, kiri sebagai
akibat langsung dari peningkatan bertahap-tahap, pertahanan pembuluh perifer
dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor
yang menentukan hipertensi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya
peningkatan diastol. Pengaruh faktor genetik disini lebih jelas,
fungsi –fungsi pompa ventrikel kiri selama
hipertensi berhubungan erat dengan penyebab hipertropi dan terjadinya
arterosklerosis koroner . (Kapita Selekta Kedokteran, 1999, FKUI, Media
Aqesculapius, Jakarta).
Hypertensi didefinisikan oleh Joint
Committee on Detection, Evaluation and Treatment of Hight Blood Pressure (JNC)
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai
derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi
sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial
(hampir 90% dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari
kondisi patologi yang dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki. (Marilynn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan
Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta).
Klasifikasi
hypertensi menurut Doenges, 1999 ; adalah
:
1)
Hypertensi berat
diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan diastolic sampai 130
mmHg;
2)
Hasil pengukuran diastolic
diatas 130 mmHg dipertimbangkan sebagai peningkatan pertama , kemudian maligna.
Hypertensi sistolik juga merupakan factor risiko yang ditentukan untuk penyakit
serebrovaskular dan penyakit iskemik jantung bila tekanan diastolic 90-115
mmHg.
2.2. Etiologi
1.
Primer ( tidak diketahui )
2.
Penyakit parenkim ginjal
3.
Hipertensi renovaskuler
4.
Penyakit adrenal (
Aldosteronisme primer, adrenogenital primer).
5.
Penyakit Neurologis ( tekanan
intracranial dengan cepat )
6.
Taksemia gravidarum
7.
Koartasio aorta.
2.3. Patofisologi
Hipertensi merupakan suatu kelainan
yang ditandai dengan peningkatan tekanan perifer. Hal ini menyebabkan penambahan beban jantung
( after load ) sehingga terjadi hipertropi ventrikel kiri sebagai proses
kompensasi / adaptasi, hipertropi ventrikel kiri adalah suatu keadaan yang
menggambarkan penebalan dinding dan penambahan masa ventrikel kiri.
PATHWAY HYPERTENSI
2.4. Mekanisme Klinis
1. Anamnesa
- Sakit kepala hebat tiba-tiba, kebanyakan
berlokasi di daerah tengkuk terutama pada pagi hari.
- Penglihatan kabur
- Anorexia, muntah-muntah
- Kelainan neurologis
2. Pemeriksaan Fisik
- Tekanan darah tinggi, terutama diastol,
hemiplegia, apasia, hemianopsia.
- Gejala payah jantung, jantung dapat
membesar.
3. Laboratorium
- Proteinosia, hematusia, mikroskopik.
- Ureum, Creatinin, kalium, fosfor, alkali.
2.5. Pemeriksaan
Penunjang/diagnostik
1. Fhoto torax, posisi poster anterior, hipertrofi kensistrik, besar
jantung dalam batas normal.
2. Pemeriksaan laboratorium, darah vaksin, yang
diperlukan adalah Hb, serta ureum dan creatinin untuk menilai fungsi ginjal,
Glukosa, Kalium Serum, Kolestrol, Gliserin Serum.
3.
EKG
2.6. Penatalaksanaan
1.
Rawat, istirahat total
2.
Diet rendah garam
3.
Pengobatan terhadap penyakit
seperti payah jantung, perdarahan otak.
4.
Pemberian obat Hipertensi.
2.7. Manajemen Keperawatan
2.7.1.
Pengkajian
Pengkajian adalah
langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian meliputi
: (Marilynn E. Doenges, 1999,
Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
pasien, ed.3, EGC, Jakarta).
1.
Aktivitas / Istirahat
-
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek
-
Tanda : Frekuensi jantung
meningkat, perubahan irama jantung takipnea.
2.
Sirkulasi
-
Gejala : riwayat hipertensi, arteroklerosis, penyakit
jantung kroner, katup dan penyakit serebrovaskuler epide talpasi.
-
Tanda : - Kenaikan tekanan darah
-
Hipertensi postural
3.
Eliminasi
-
Gejala : - Makanan
yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol.
-
Mual, muntah,
- Perubahan berat badan,
- Obesitas,
- Adanya
edema.
4.
Neurosensoris
-
Gejala : - Keluhan
pusing,
- Gangguan penglihatan,
- Peranan kekuatan.
5.
Nyeri / Ketidaknyamanan
-
Gejala : - Angina,
- Sakit
kepala,
- Nyeri abdomen.
2.7.2.
Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu
penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang
telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada
Hypertensi Heart Disease menurut Marilynn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3,
EGC, Jakarta .
1.
Risiko tinggi terhadap
penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi/irigiditas (kekakuan) ventricular.
2.
Nyeri akut (sakit kepala)
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
3.
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
4.
Perubahan nutrisi lebih dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukkan berlebihan (kebutuhan metabolic),
pola hidup monoton, keyakinan budaya.
5.
Koping individual inefektif
berhubungan dengan krisis situasional/maturasional, perubahan hidup beragam,
relaksasi tidak adekuat, sedikit atau tak pernah olahraga.
6.
Kurang pengetahuan (kebutuhan
belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan/daya ingat, mis- intepretasi informasi, keterbatasan kognitif,
menyangkal diagnosa.
2.7.3.
Intervensi / Implementasi
Intervensi adalah penyusunan rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai
dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)
Implementasi adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan
(Effendi, 1995:40).
Intervensi dan implementasi
keperawatan pasien dengan Hypertensi Heart Disease menurut Marilynn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan
Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta .
1.
Risiko tinggi terhadap
penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi/irigiditas (kekakuan) ventricular.
Tujuan : mempertahankan tekanan darah dalam rentang
yang dapat diterima individu.
Kriteria
Hasil : - pasien berpartisipasi dalam
aktivitas yang menurunkan tekanan darah/beban kerja jantung.
- memperlihatan irama dan frekuensi jajntung
stabil.
INTERVENSI / IMPLEMENTASI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Ø Pantau Tekanan Darah.
Ø Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
Ø Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
Ø Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
|
Ø Perbandingan dari TD memberikan gambaran yangn lebih lengkap
tentang keterlibatan/bidang masalah vascular.
Ø Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin
teramati/terpalpasi.
Ø S4 umum terdengar pada pasein hipertensi berat karena
adanya hipertrofi atrium (peniingkatan volume/tekanan atrium), perkembangan S3
menunjukkan hipertrofi ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya krales,
mengi, dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau
gagal jantung kronik.
Ø Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler
lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi/mencerminkan
dekompensasi/penurunan curah jantung.
|
|
|
Ø Catat edema umum/tertentu.
Ø Berikan lingkungan yang nyaman, batasi aktivitas/keributan, batasi
pengunjung.
Ø Pertahankan aktivitas istirahat, Bantu ADL (Aktivity Dayli Living)
pasien.
Kolaborasi
Ø Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan dan therapy.
|
Ø Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau
vascular.
Ø Membantu untuk mengurangi rangsangan simpatis, meningkatkan
relaksasi.
Ø Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah
dan perjalanan penyakit hypertensi.
Ø Obat-obatan diberikan untuk mengurangi kedaruratan hipertensi.
|
2.
Nyeri akut (sakit kepala)
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan : melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
Kriteria
hasil : - pasien mampu mengungkapkan metode yang yang memberikan pengurangan
nyeri.
- mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
INTERVENSI / IMPLEMENTASI
|
RASIONAL
|
Ø Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
Ø Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala
(tehnik relaksasi).
|
Ø meminimalkan stimulasi/ meningkatkan relaksasi.
Ø Menurunkan tekanan vascular serebral dan yang memperlambat/memblok
respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
|
|
|
Ø Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala, mis ; mengejan saat BAB, batuk panjang,
membungkuk.
Ø Bantu ADL sesuai indikasi/kebutuhan.
Ø Berikan cairan/makanan lunak, perawatan mulut yang teratur.
Kolaborasi
Ø Untuk pemberian analgetik
atau antiansietas mis ; diazepam sesuai indikasi.
|
Ø Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala
pada adanya peningkatan tekanan vascular serebral.
Ø Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit
kepala.
Ø Meningkatkan kenyamanan umum.
Ø Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsangan saraf
simpatis, diazepam mengurangi ketidaknyamanan yang diperberat oleh stress.
|
3.
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
Tujuan : berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.
Kriteria
hasil : - melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
- menunjukan penurunan dalam tanda-tanda
intoleransi fisiologis.
INTERVENSI / IMPLEMENTASI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Ø Kaji respons pasien terhadap aktivitas, perhatikan vital sign
sebelum dan sesudah aktivitas.
|
Ø Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologis.
|
Ø Instruksikan kepada pasien tentang tehnik menghemat energi.
Ø Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap
jika dapat ditoleransi.
Ø Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
|
Ø Mengurangi penggunaan energi, membantu keseimbangan suplai O2.
Ø Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung
tiba-tiba.
Ø Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong
kemandirian dalam melakukan aktivitas.
|
4.
Perubahan nutrisi lebih dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukkan berlebihan (kebutuhan metabolic),
pola hidup monoton, keyakinan budaya.
Tujuan : mengidentifikasi hubungan antara hipertensi
dengan kegemukan.
Kriteria
hasil : - menunjukakn perubahan pola makan (missal ; pilihan makanan,
kuantitas, dsb). Mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan
kesehatan optimal.
- melakukan/mempertahankan program olahraga yang
tepat secara individual.
INTERVENSI / IMPLEMENTASI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Ø Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi
dan kegemukan.
|
Ø Kegemukan adalah risiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena
disproporsi antara kapasitas aorta dan penignkatan curah jantung berkaitan
dengan penignkatan
|
Ø Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan
lemak, garam dan gula sesuai indikasi.
Ø Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan.
Ø Kaji ulang masukan kalori dan pilihan diet.
kolaborasi
Ø Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi.
|
Ø Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya arterosklerosis dan
kegemukan yang merupakan predisposisi
hipertensi dan komplikasinya.
Ø Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu
harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan.
Ø Mengidentifikasi kekuatan/ kelemahan dalam program diit terakhir.
Ø Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet.
|
5.
Koping individual inefektif
berhubungan dengan krisis situasional/maturasional, perubahan hidup beragam,
relaksasi tidak adekuat, sedikit atau tak pernah olahraga.
Tujuan : mengidentifikasi perilaku
koping efektif dan konsekuensinya.
Kriteria
hasil : - menyatakan kesadaran kemampuan koping pribadi.
- mengidentifikasi potensial situasi stress dan
mengambil langkah untuk menghindari/ mengubahnya.
- mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan/
metode koping efektif.
INTERVENSI / IMPLEMENTASI
|
RASIONAL
|
||
Ø Kaji keefektifan koping, dengan mengobservasi perilaku.
|
Ø Mekanisme adaftif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang
mengatasi hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi.
|
||
Ø Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka angsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan
untuk mengatasi /menyelesaikan masalah.
Ø Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan
kemungkinan strategi untuk mengatasinya.
Ø Motivasi pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup.
Ø Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan
perubahan hidup yang perlu.
|
Ø Manifestasi mekanisme koping mal-adaptif mungkin merupakan
indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi menjadi penentu
utama TD diastolic.
Ø Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah
respons seseorang terhadap stressor.
Ø Focus perhatian pasien pada
realitas situasi yang ada relatif terhadap pandangan pasien tentang apa yang
diinginkan.
Ø Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk
menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.
|
||
6.
Kurang pengetahuan (kebutuhan
belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan/daya ingat, mis- intepretasi informasi, keterbatasan kognitif,
menyangkal diagnosa.
Tujuan : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit
dan regimen pengobatan.
Kriteria
hasil : - mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang
perlu diperhatikan.
- mempertahankan tekanan darah dalam parameter
normal.
INTERVENSI / IMPLEMENTASI
|
RASIONAL
|
Ø Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
|
Ø Perasaan sejahtera yang
sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk
mempelajari penyakit.
|
Ø Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi
dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.
Ø Hindari menggunakan istilah tekanan darah ‘normal’ tapi gunakan
istilah terkontrol saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan.
Ø Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular
yang dapat diubah, mis ; obesitas, diet tinggi lemak jenuh, serta perubahan
pola hidup sehat.
Ø Jelaskan tentang obat yang diresepkan bersamaan dengan rasional,
dosis, efek samping yang diperkirakan serta efek yang merugikan serta
idiosinkrasi.
|
Ø Memberikan dasar pemahaman tentang peningkatan tekanan darah dan
mengklarifikasi istilah medis yang sering digunakan.
Ø Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan,
maka dengan mnyampaikan ide terkontrol akan membantu pasien untuk memahami
kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/ medikasi.
Ø Faktor-faktor risiko ini telah menunjukkan hubungan dalam
menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta ginjal.
Ø Informasi yang adekuat dan pemahaman tentang efek samping adalah
umum dan sering menghilang dengan berjalannya waktu dengan demikian
meningkatkan kerjasama rencana pengobatan.
|
2.7.4.
Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan,
dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall
Capenito, 1999:28)
Tujuan pemulangan pasien dengan anemia adalah :
1)
Mempertahankan / meningkatkan
fungsi CU
2)
Mencegah komplikasi
3)
Memberikan informasi tentang
proses / pragnosis dan program
pengobatan.
4)
Pendukung kontrol aktif pasien
terhadap kondisi.
DAFTAR PUSTAKA
Suyono Slamet, 1996,
Ilmu Penyakit Dalam Edisi III, FKUI,
Jakrata.
Oswari E. 2003,
Penyakit dan Penanggulangannya, FKUI,
Jakarta .
Marilynn
E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3, EGC,
Jakarta.
Lynda
Juall carpenito, 1999, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,
Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta.
Boedihartono,
1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta.
Nasrul
Effendi, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
|
thanks ajhaa yaa
BalasHapus