Senin, 24 Oktober 2011

Hypertensi Heart Disease(HHD)


BAB 1
PENDAHULUAN


1.1.      Latar Belakang
Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan (dietary fiber), membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit degeneratif (jantung, diabetes mellitus, aneka kanker, osteoporosis, dan hipertensi (http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tinggi).
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria.
Orang sering cemas bila tekanan darahnya tinggi atau rendah. Tapi yang lebih penting sebenarnya adalah mengetahui batas toleransinya. Secara umum ada dua komponen tekanan darah, yaitu tekanan sistolik (angka atas) alias kekuatan pendorong yang timbul akibat pengerutan bilik jantung, dan tekanan diastolik (angka bawah) yang merupakan kekuatan penahan pada dinding pembuluh darah saat jantung mengendur antardenyut. Akibat dari mengerut dan mengendurnya jantung ini timbul tekanan pada dinding arteri atau pembuluh darah. Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih besar daripada tekanan yang diperlukan untuk memelihara aliran darah yang tetap.
Tekanan darah juga tergantung pada aktivitas tubuh seperti berolahraga, kegiatan rumah tangga, stres, rasa cemas ataupun rasa takut. Pada saat itu, tekanan darah meninggi dan bisa menembus batas normal. Namun, dengan beristirahat tekanan darah akan kembali normal. Dikatakan normal apabila tekanan sistolik tidak lebih dari 140 mm Hg dan tekanan diastolik tidak lebih dari 90 mm Hg. Yang paling ideal adalah 120/80 sistolik/diastolik). Tekanan dikatakan tinggi kalau sistolik lebih dari 160 mm Hg dan diastolik di atas 99 mm Hg, dan angka itu muncul selama tiga kali pemeriksaan berturut-turut dengan selang waktu 2 - 8 minggu.
Dalam bukunya Kiat Menghindari Penyakit Jantung, dr. Mark Payne menekankan, bila seseorang sudah cenderung memiliki penyakit tekanan darah tinggi, nomor satu ia harus selalu memperhatikan diastoliknya. Sebagai patokan, untuk usia 20 - 60 tahun, batas normal diastolik 90 - 100 mm Hg. Di atas 65 tahun 100 - 110 mm Hg. Namun, "Bila angka diastolik di atas 85, seharusnya sudah mulai hati-hati," tulis dr. Sadoso Sumosardjuno, DSOK, dalam bukunya Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga 3.
Dr. James J. Lynch, Ph.D., guru besar psikologi dari University Maryland School of Medicine, Baltimore, AS, menyatakan, untuk mendapatkan tekanan darah ideal, pengukuran dilakukan pada saat seseorang tidak beraktivitas. Lynch menyarankan agar pengecekan tekanan darah yang meragukan diulang beberapa kali pada jarak waktu yang sama, misalnya setiap 24 jam. Bila ukuran tekanan darah Anda pada hari ini menunjukkan 170/110, jangan langsung panik. Usahakan untuk beristirahat dan tidur cukup. Kemudian esok harinya dan hari berikutnya pada jam yang sama diukur sekali lagi. Kalau memang tetap tinggi, mungkin Anda mempunyai kecenderungan berpenyakit tekanan darah tinggi. Kita perlu waspada dan mencari penyebabnya. Apakah ada faktor lain sebagai pencetus, misalnya akibat sampingan dari ginjal yang kurang beres, diabetes, atau kadar kolesterol dan trigliserida yang tinggi.
Dalam kenyataan, 50% penderita hipertensi tidak menunjukkan gejala yang jelas, apalagi bila masih dalam taraf awal. Satu-satunya jalan untuk mengetahuinya adalah melakukan kontrol teratur terutama bagi yang berusia di atas 40 tahun. Untuk mereka yang mempunyai bawaan atau keturunan, pengontrolan hendaknya sudah dimulai sejak usia 20-30-an. 

1.2.      Tujuan Penulisan
1.2.1.      Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang klien, penyakit, dan kebutuhan klien serta meningkatkan kemampuan dalam penyusunan dan penyajian laporan studi kasus dari pengalaman nyata dilapangan serta melaksanakan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
1.2.2.      Tujuan Khusus
1.2.2.1.      Mahasiswa mampu menerapkan proses keperawatan pada Asuhan Keperawatan Pada Ny. E Dengan Hypertensi di ruang “ICCU” Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.2.2.2.      Mahasiswa mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan Pada Pada Ny. E Dengan Hypertensi di ruang “ICCU” RSUD Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.2.2.3.      Mahasiswa mampu mengindentifikasi kesenjangan yang terjadi antara teori degan pelaksanaan  Asuhan Keperawatan Pada Pada Ny. E Dengan Hypertensi di ruang “ICCU” RSUD Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.

1.3.    Metode Penulisan
1.3.1.      Metode Pembuatan Laporan Studi Kasus
   Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pemaparan kasus menggunakan pendekatan proses keperawatan.
1.3.2.      Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dengan cara pemeriksaan fisik, wawancara dan observasi. Pengumpulan data sekunder denagn cara mempelajari status pasien yang berisi catatan medis, catatan keperawatan dan data penunjang.
1.3.3.   Metode kepustakaan dan Internet
Pengumpulan data tentang penyakit klien dan segala sesuatu yang berguna untuk menidentifikasikan penyakit klien serta bagaiamana penanggulangannya, maka digunakan literature yang membahas tentang penyakit klien baik dari buku-buku maupun dari situs website internet.




BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA


2.1.   Pengertian
Hypertensi Heart Disease adalah penyakit jantung hipertensif ditegakan bila diketahui ventikel, kiri sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap-tahap, pertahanan pembuluh perifer dan beban akhir ventrikel kiri.  Faktor yang menentukan hipertensi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan        diastol.  Pengaruh faktor genetik disini lebih jelas, fungsi –fungsi pompa ventrikel kiri selama  hipertensi berhubungan erat dengan penyebab hipertropi dan terjadinya arterosklerosis koroner . (Kapita Selekta Kedokteran, 1999, FKUI, Media Aqesculapius, Jakarta).
Hypertensi didefinisikan oleh Joint Committee on Detection, Evaluation and Treatment of Hight Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90% dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki. (Marilynn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3,  EGC, Jakarta).
Klasifikasi hypertensi menurut Doenges, 1999 ; adalah  :
1)      Hypertensi berat diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan diastolic sampai 130 mmHg;
2)      Hasil pengukuran diastolic diatas 130 mmHg dipertimbangkan sebagai peningkatan pertama , kemudian maligna. Hypertensi sistolik juga merupakan factor risiko yang ditentukan untuk penyakit serebrovaskular dan penyakit iskemik jantung bila tekanan diastolic 90-115 mmHg.

2.2.   Etiologi
1.      Primer ( tidak diketahui )
2.      Penyakit parenkim ginjal
3.      Hipertensi renovaskuler
4.      Penyakit adrenal ( Aldosteronisme primer, adrenogenital primer).
5.      Penyakit Neurologis ( tekanan intracranial dengan cepat )
6.      Taksemia gravidarum
7.      Koartasio aorta.

2.3.   Patofisologi
Hipertensi merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan peningkatan tekanan perifer.  Hal ini menyebabkan penambahan beban jantung ( after load ) sehingga terjadi hipertropi ventrikel kiri sebagai proses kompensasi / adaptasi, hipertropi ventrikel kiri adalah suatu keadaan yang menggambarkan penebalan dinding dan penambahan masa ventrikel kiri.
PATHWAY HYPERTENSI
 










                                                                                                

 



2.4.   Mekanisme Klinis
1.   Anamnesa
-     Sakit kepala hebat tiba-tiba, kebanyakan berlokasi di daerah tengkuk terutama pada pagi hari.
-     Penglihatan kabur
-     Anorexia, muntah-muntah
-     Kelainan neurologis
2.   Pemeriksaan Fisik
-     Tekanan darah tinggi, terutama diastol, hemiplegia, apasia, hemianopsia.
-     Gejala payah jantung, jantung dapat membesar.
3.   Laboratorium
-     Proteinosia, hematusia, mikroskopik.
-     Ureum, Creatinin, kalium, fosfor, alkali.

2.5.   Pemeriksaan Penunjang/diagnostik
1.   Fhoto torax, posisi  poster anterior, hipertrofi kensistrik, besar jantung dalam batas normal.
2.   Pemeriksaan laboratorium, darah vaksin, yang diperlukan adalah Hb, serta ureum dan creatinin untuk menilai fungsi ginjal, Glukosa, Kalium Serum, Kolestrol, Gliserin Serum.
3.      EKG

2.6.   Penatalaksanaan
1.      Rawat, istirahat  total
2.      Diet rendah garam
3.      Pengobatan terhadap penyakit seperti payah jantung, perdarahan otak.
4.      Pemberian obat Hipertensi.

2.7.   Manajemen Keperawatan
2.7.1.      Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian meliputi : (Marilynn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3,  EGC, Jakarta).
1.      Aktivitas / Istirahat
-          Gejala :   Kelemahan, letih, nafas pendek
-          Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung takipnea.
2.      Sirkulasi
-          Gejala :   riwayat hipertensi, arteroklerosis, penyakit jantung kroner, katup dan penyakit serebrovaskuler epide talpasi.
-          Tanda :   - Kenaikan tekanan darah
                     - Hipertensi postural
3.      Eliminasi
-          Gejala :   - Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol.
                                                - Mual, muntah,
                                          -  Perubahan berat badan,
                     -  Obesitas,
                     -  Adanya edema.
4.      Neurosensoris
-          Gejala :   - Keluhan pusing,
                     -  Gangguan penglihatan,
                     -  Peranan kekuatan.
5.      Nyeri / Ketidaknyamanan
-          Gejala :   - Angina,
                     -  Sakit kepala,
                     -  Nyeri abdomen.

2.7.2.      Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Hypertensi Heart Disease menurut Marilynn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3,  EGC, Jakarta.
1.      Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi/irigiditas (kekakuan) ventricular.
2.      Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
4.      Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukkan berlebihan (kebutuhan metabolic), pola hidup monoton, keyakinan budaya.
5.      Koping individual inefektif berhubungan dengan krisis situasional/maturasional, perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sedikit atau tak pernah olahraga.
6.      Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, mis- intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.

2.7.3.      Intervensi / Implementasi
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan Hypertensi Heart Disease menurut Marilynn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3,  EGC, Jakarta.
1.      Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi/irigiditas (kekakuan) ventricular.
Tujuan :     mempertahankan tekanan darah dalam rentang yang dapat diterima individu.
Kriteria Hasil :    -  pasien berpartisipasi dalam  aktivitas yang menurunkan tekanan darah/beban kerja jantung.
                           -  memperlihatan irama dan frekuensi jajntung stabil.

INTERVENSI / IMPLEMENTASI
RASIONAL

Mandiri

Ø  Pantau Tekanan Darah.




Ø  Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.

Ø  Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.










Ø  Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.






Ø  Perbandingan dari TD memberikan gambaran yangn lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vascular.
Ø  Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati/terpalpasi.
Ø  S4 umum terdengar pada pasein hipertensi berat karena adanya hipertrofi atrium (peniingkatan volume/tekanan atrium), perkembangan S3 menunjukkan hipertrofi ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya krales, mengi, dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.
Ø  Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi/mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.



Ø  Catat edema umum/tertentu.


Ø  Berikan lingkungan yang nyaman, batasi aktivitas/keributan, batasi pengunjung.

Ø  Pertahankan aktivitas istirahat, Bantu ADL (Aktivity Dayli Living) pasien.

Kolaborasi

Ø  Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan dan therapy.
Ø  Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vascular.
Ø  Membantu untuk mengurangi rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi.

Ø  Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hypertensi.
Ø  Obat-obatan diberikan untuk mengurangi kedaruratan hipertensi.

2.      Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan :     melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
Kriteria hasil :     -  pasien mampu mengungkapkan metode yang yang memberikan pengurangan nyeri.
                           -  mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

INTERVENSI / IMPLEMENTASI
RASIONAL
Ø  Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
Ø  Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala (tehnik relaksasi).
Ø  meminimalkan stimulasi/ meningkatkan relaksasi.
Ø  Menurunkan tekanan vascular serebral dan yang memperlambat/memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.



Ø  Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, mis ; mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk.
Ø  Bantu ADL sesuai indikasi/kebutuhan.

Ø  Berikan cairan/makanan lunak, perawatan mulut yang teratur.

Kolaborasi

Ø  Untuk  pemberian analgetik atau antiansietas mis ; diazepam sesuai indikasi.


Ø  Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular serebral.
Ø  Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala.
Ø  Meningkatkan kenyamanan umum.

Ø  Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis, diazepam mengurangi ketidaknyamanan yang diperberat oleh stress.

3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan :     berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.
Kriteria hasil :     -  melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
                           -  menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologis.
INTERVENSI / IMPLEMENTASI
RASIONAL

Mandiri

Ø  Kaji respons pasien terhadap aktivitas, perhatikan vital sign sebelum dan sesudah aktivitas.

Ø  Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologis.



Ø  Instruksikan kepada pasien tentang tehnik menghemat energi.

Ø  Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi.
Ø  Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Ø  Mengurangi penggunaan energi, membantu keseimbangan suplai O2.
Ø  Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba.
Ø  Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.

4.      Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukkan berlebihan (kebutuhan metabolic), pola hidup monoton, keyakinan budaya.
Tujuan :     mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan.
Kriteria hasil :     -  menunjukakn perubahan pola makan (missal ; pilihan makanan, kuantitas, dsb). Mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.
                           -  melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat secara individual.

INTERVENSI / IMPLEMENTASI
RASIONAL

Mandiri

Ø  Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan.





Ø  Kegemukan adalah risiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan penignkatan curah jantung berkaitan dengan penignkatan massa tubuh.


Ø  Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi.


Ø  Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan.



Ø  Kaji ulang masukan kalori dan pilihan diet.
kolaborasi
Ø  Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi.
Ø  Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya arterosklerosis dan kegemukan  yang merupakan predisposisi hipertensi dan komplikasinya.
Ø  Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan.
Ø  Mengidentifikasi kekuatan/ kelemahan dalam program diit terakhir.
Ø  Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet.

5.      Koping individual inefektif berhubungan dengan krisis situasional/maturasional, perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sedikit atau tak pernah olahraga.
Tujuan : mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya.
Kriteria hasil :     -  menyatakan kesadaran kemampuan koping pribadi.
                           -  mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari/ mengubahnya.
                           -  mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan/ metode koping efektif.

INTERVENSI / IMPLEMENTASI
RASIONAL
Ø  Kaji keefektifan koping, dengan mengobservasi  perilaku.
Ø  Mekanisme adaftif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang mengatasi hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi.

Ø  Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka angsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk mengatasi /menyelesaikan masalah.
Ø  Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya. 
Ø  Motivasi pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup.

Ø  Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu.
Ø  Manifestasi mekanisme koping mal-adaptif mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi menjadi penentu utama TD diastolic.
Ø  Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respons seseorang terhadap stressor.
Ø   Focus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relatif terhadap pandangan pasien tentang apa yang diinginkan.
Ø  Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.

6.      Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, mis- intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.
Tujuan : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
Kriteria hasil :     -  mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.
                           -  mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.
INTERVENSI / IMPLEMENTASI
RASIONAL
Ø  Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.

Ø  Perasaan  sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit.

Ø  Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.
Ø  Hindari menggunakan istilah tekanan darah ‘normal’ tapi gunakan istilah terkontrol saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan.



Ø  Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular yang dapat diubah, mis ; obesitas, diet tinggi lemak jenuh, serta perubahan pola hidup sehat.
Ø  Jelaskan tentang obat yang diresepkan bersamaan dengan rasional, dosis, efek samping yang diperkirakan serta efek yang merugikan serta idiosinkrasi.


Ø  Memberikan dasar pemahaman tentang peningkatan tekanan darah dan mengklarifikasi istilah medis yang sering digunakan.
Ø  Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan, maka dengan mnyampaikan ide terkontrol akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/ medikasi.
Ø  Faktor-faktor risiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta ginjal.

Ø  Informasi yang adekuat dan pemahaman tentang efek samping adalah umum dan sering menghilang dengan berjalannya waktu dengan demikian meningkatkan kerjasama rencana pengobatan.








2.7.4.      Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Tujuan pemulangan pasien dengan anemia adalah  :
1)      Mempertahankan / meningkatkan fungsi CU
2)      Mencegah komplikasi
3)      Memberikan informasi tentang proses  / pragnosis dan program pengobatan.
4)      Pendukung kontrol aktif pasien terhadap kondisi.


 


DAFTAR  PUSTAKA



Suyono  Slamet, 1996,  Ilmu Penyakit Dalam Edisi III, FKUI,  Jakrata.
Oswari   E.  2003,  Penyakit dan Penanggulangannya, FKUI,  Jakarta.
Marilynn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3,  EGC, Jakarta.
Lynda Juall carpenito, 1999, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta.
Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta.
Nasrul Effendi, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.



 
 

1 komentar: