BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung semakin luas penularannya, penyakit ini sering menimbulkan kekawatiran masyarakat karena perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat serta merupakan penyakit menular yang dapat menimbulkan kejadian wabah (Depkes, 1997).
Hasil studi epidemiologik menunjukan bahwa DBD menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur sekitar 15 tahun. Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan dengan datangnya musim hujan, sehingga terjadi peningkatan aktifitas vektor dengue pada musim hujan yang dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit DBD pada manusia melalui vektor Aedes. Sehubungan dengan morbiditas dan mortalitasnya, DBD disebut the most mosquito transmitted disease (Djunaedi, 2006).
Penyakit DBD adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan (shock) dan kematian (Ditjen PPM&pl, 2001). Sampai sekarang penyakit DBD belum ditemukan obat maupun vaksinnya, sehingga satu-satunya cara untuk mencegah terjadinya penyakit ini dengan memutuskan rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektor.
Berdasarkan Departemen Kesehatan (Depkes), Di Indonesia pada tahun 2008 tercatat ada 136.399 kasus demam berdarah, sekitar 1.170 korban di antaranya meninggal dunia. Umumnya, kasus ini terjadi pada anak-anak.
Provinsi Kalimantan Tengah ditetapkan berstatus kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD) menyusul lonjakan kasus penyakit mematikan itu di berbagai daerah setempat hingga jatuhnya sejumlah korban jiwa.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, sepanjang tahun 2009 tercatat jumlah penerita DBD mencapai 1300 pasien dengan 18 orang diantaranya meninggal dunia tersebar di 14 kabupaten / kota setempat.
Di kota Palangka Raya pada tahun tahun 2008 penderita DBD berjumlah 290 orang. (Dinkes Propinsi Kalimantan Tengah).
Berdasarkan data dari Puskesmas Kayon Palangka Raya pada tahun 2008 jumlah penderita DBD yang berobat sebanyak 8 orang, pada tahun 2009 penderita DBD yang berobat sebanyak 10 orang.
Berdasarkan masalah diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai gambaran karakteristik penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) yang berobat di Puskesmas Kayon Palangka Raya.
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, adapun rumusan masalah yang ingin diangkat oleh penulis antara lain sebagai berikut : ”Bagaimana gambaran karakteristik penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) yang berobat di Puskesmas Kayon Palangka Raya ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum :
Untuk mengetahui bagaimana karakteristik penderita DBD yang berobat di Puskesmas Kayon Palangka Raya.
Tujuan khusus :
1). Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita DBD berdasarakan usia
2). Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita DBD berdasarakan jenis kelamin penderita
3). Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita DBD berdasarakan pendidikan penderita
4). Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita DBD berdasarakan pekerjaan penderita.
5). Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita DBD berdasarakan berat badan penderita.
6). Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita DBD berdasarakan tinggi badan penderita.
7). Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita DBD berdasarakan suhu tubuh penderita.
8). Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita DBD berdasarakan tekanan darah penderita.
9). Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita DBD berdasarakan HB penderita.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai media belajar untuk manambah pengetahuan dan pengalaman serta menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti pendidikan di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Palangka Raya.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kayon Palangkaraya pada tanggal 1 Mei -30 Juni 2010. Subyek yang diteliti adalah klien berobat di Puskesmas Kayon Palangka Raya yang positif menderita penyakit DBD. Dan variabel yang diteliti yaitu gambaran karakteristik penderita DBD berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, berat badan, tinggi badan, suhu tubuh, tekanan darah, HB.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
2.1.1. Definisi
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari pertama (Soeparman; 1987; 16).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).
Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001).
Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan (Noer, dkk, 1999).
2.1.2. Etiologi
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420).
2.1.3. Patofisiologi
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001). Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali menyebabkandemam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DBD dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yang tinggi (Noer, dkk, 1999).
2.1.4. Manifestasi Klinis
Gejala dan Tanda tanda DBD
1. Demam tinggi mendadak 2-7 hari.
2. Sakit kepala, pembengkakan sekitar mata
3. Tanda tanda perdarahan misalnya bintik merah, mimisan, muntah darah , gusi berdarah, hematemesis, melena, hematuria
4. Tidak ada napsu makan, diare, konstipasi.
5. Nyeri otot, tulang dan sendi, abdomen dan ulu hati
6. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan nilai hematokrit dan penurunan angka trombosit.
7. Pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening
8. Gejala syok, yaitu tekanan darah turun, gelisah, nafas cepat, ujung tangan dan kaki terasa dingin, bibir biru, capillary reffil time lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah.
2.1.5. Klasifikasi
DBD diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi 4 derajat (Menurut WHO, 1986) :
a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji ,trombositopenia dan hemokonsentrasi. tourniquet.
b. Derajat II
Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
c. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan).
d. Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
2.1.6. Cara Penularan
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes aegypti albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes tersebut mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk beina dapat ditularkan kepada telurnya (transsovarian transmission), namun perannya dalam penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus memerlukan masa tunas 4-6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. (Depkes RI, 2004).
2.1.7 Diagnosis
Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari), timbul gejala prodormal yang tidak khas seperti : nyeri kepala, nyeri tulang belakang dan perasaan lelah.
Demam Dengue (DD). Merupakan penyaki demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:Nyeri kepala.
a) Nyeri retro-orbital.
b) Mialgia / artralgia.
c) Ruam kulit.
d) Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif)
e) Leukopenia. Dan pemeriksaan serologi dengue positif.
Demam Berdarah Dengue (DBD). Berdasarkan criteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini dipenuhi :
a) Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
b) Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :
ü Uji bendung positif
ü Petekie, ekimosis, atau purpura
ü Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdrahan gusi), atau perdarahan dari tempat lain.
ü Hematemesis atau melana.
c) Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000 ul)
d) Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai berikut :
ü Peningkatan hematokrit > 20%
ü Penurunan hematokrit > 20%
ü Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.
2.1.8. Epidemiologi penykit DBD
Timbulnya suatu penyakit dapat diterangkan melalui konsep segitiga epidemiologik, yaitu adanya agen (agent), host dan lingkungan (environment)
1. Agent (virus dengue)
Agen penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari Genus Flavivirus (Arbovirus Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae. Dikenal ada empat serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4.
Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tesebut penderita merupakan sumber penular penyakit DBD.
2. Host
Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor yang mempengaruhi manusia adalah :
a. Umur
Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir. Saat pertama kali terjadi epidemi dengue di Gorontalo kebanyakan anak-anak berumur 1-5 tahun. Di Indonesia, Filipina dan Malaysia pada awal tahun terjadi epidemi DBD penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tersebut menyerang terutama pada anak-anak berumur antara 5-9 tahun, dan selama tahun 1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD menyerang anak-anak di bawah 15 tahun.
b. Jenis kelamin
Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di Philippines dilaporkan bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di Thailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD antara laki-laki dan perempuan, Singapura menyatakan bahwa insiden DBD pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan.
c. Nutrisi
Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi apabila gizi yang buruk mempengaruhi penurunan antibodi dan karena ada reaksi antigen pada tubuh maka terjadi infeksi virus dengue yang berat.
d. Populasi
Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut.
e. Mobilitas penduduk
Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari Queensland ke New South Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil militer an angkatan udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalur penyebaran virus dengue (Sutaryo, 2005).
3. Lingkungan (environment)
Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah:
a. Letak geografis
Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30° Lintang Utara dan 40° Lintang Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya (Djunaedi, 2006).
Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari (viffdaagsekoorts) kadang-kadang disebut demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain (Hadinegoro dan Sutari, 2002).
b. Musim
Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas, meskipun ditemukan kasus DBD sporadis pada musim dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim ujan.
Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi.
2.1.9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan DBD adalah sebagai berikut :
a) Tirah baring atau istirahat baring.
b) Diet makan lunak.
c) Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DBD.
d) Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan.
e) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
f) Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
g) Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
h) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
i) Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
j) Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
k) Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.
Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB.
Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.
Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DBD yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.
Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :
a) Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.
b) Hematokrit yang cenderung mengikat.
2.1.10. Pencegahan
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DBD ialah sebagai berikut :
a) Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DBD.
b) Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan.
c) Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
d) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
1. Menggunakan insektisida.
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.
2. Tanpa insektisida Caranya adalah :
a) Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari).
b) Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
c) Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.
2.1.11. Karakterakteristik DBD Pada Anak dan Faktor Penentunya
- Umur penderita : diukur dalam tahun, dalam catatan kartu status 0,5 tahun atau lebih dibulatkan ke atas dan kurang dari 0,5 tahun dibulatkan ke bawah.
- Derajat beratnya penyakit : yaitu tingkat berat ringannya penyakit yang diderita, diukur dengan gradasi yang ditetapkan WHO sebagai berikut:
- Grade 1: ditandai dengan demam dan gejala umum yang tidak khas (muntah, sakit kepala, nyeri otot atau sendi), kecuali perdarahan yang dibuktikan dengan test tourniquet positif.
- Grade 2: gejala pada grade 1 ditambah dengan perdarahan kulit spontan dan atau perdarahan lain.
- Grade 3: adanya kegagalan peredaran darah yang ditandai dengan nadi cepat dan lembut, penyempitan tekanan nadi (20 mmHg) atau hipotensi yang disertai dengan kulit dingin berkeringat dan gelisah.
- Grade 4: ditandai dengan syok berat di mana nadi tidak teraba dan tensi tidak terukur.
- Jenis kelamin: laki-laki atau perempuan.
- Status gizi, yaitu status gizi penderita saat menderita DBD dan dirawat di RSUD Dr. Soetomo. Diukur dengan kategori gizi lebih, gizi normal, dan gizi kurang, menggunakan buku rujukan WHO NCHS (US - National Center for Health Statistic). Di Indonesia yang populasinya relatif bergizi kurang, distribusi berat badan menurut umur untuk pengukuran status gizi ini menggunakan skor simpangan baku (SSB) dengan kriteria:
< - 2 SSB = gizi kurang
2 SSB sampai + 2 SSB = gizi normal
> + 2 SSB = gizi lebih
Hasil Penelitian :
Karakteristik Penderita
1. Umur penderita berkisar antara 1 s.d. 14 tahun di mana jumlah penderita yang banyak pada umur 4--8 tahun (antara 10,3% s.d. 12,4%), karena pada umur ini sudah tidak disusui ibunya lagi sehingga kekebalan/daya tahannya berkurang. Jadi, mereka rentan terhadap penyakit.
2. Dalam hal berat ringannya penyakit penderita, dinyatakan pada diagnosa terakhir saat mau pulang oleh dokter ruangannya sebagai berikut: 70 penderita (24,8%) DBD grade 1; 84 penderita (29,8%) DBD grade 2; 90 penderita (31,9%) DBD grade 3; dan 38 penderita (13,5%) DBD grade 4.
3. Jenis Kelamin Penderita
Dari data yang ada, didapatkan 125 penderita laki-laki dan 157 perempuan, dengan keterangan dalam perawatannya 265 penderita sembuh dan 17 meninggal dunia.
4. Ditinjau dari status gizinya, penderita pada umumnya (99,3%) dengan status gizi normal ke bawah, yaitu 69,2% gizi normal dan 30,1% gizi kurang. Selebihnya hanya 0,7% saja dengan gizi baik. (Artikel Sarwanto, Puslitbang Pelayanan dan Teknologi Kesehatan, Surabaya).
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
|
VARIABEL DEPENDEN
|
|
3.2. Definisi Operasional
NO | Variabel | Definisi | Cara ukur | Alat ukur | Hasil ukur | Skala |
1 | Dependen : Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) | Seseorang yang terdiagnosis DBD, yaitu penyakit infeksi oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan (shock). | Berdasarkan klasifikasi DBD | Hasil lab | 1.Derajat I 2.Derajat II 3.Derajat III 4.Derajat VI | Ordinal |
1. | Indevenden : Usia | Usia Adalah lamanya hidup seseorang dihitung sejak lahir sampai sekarang | Wawancara | Kuesioner | 1.(1-11 tahun) 2. (12-17 tahun) 3.(18-55tahun) 4.( > 65tahun) | Ordinal |
2. | Jenis Kelamin | Pengelompokan manusia berdasarkan gender | Wawancara | Kuesioner | 1. Laki-laki 2. Perempuan | Nominal |
3. | Pendidikan | Merupakan taraf untuk mengukur tingkat pendidikan tertinggi yang sudah dilewati seseorang pada lembaga-lembaga pendidikan formal. | Wawancara | Kuesioner | 1.Belum sekolah 2.Tidak pernah sekolah / tidak lulus SD 3.Lulus SD 4.Lulus SMP 5.Lulus SMA 6.Akademi / Universitas | Ordinal |
4. | Pekerjaan | Kegiatan yang dilakukan baik dirumah ataupun diluar rumah dengan tujuan untuk menghasilkan uang ataupun barang untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari | Wawancara | Kuesioner | 1. Tidak bekerja 2. IRT 3. Swasta 4. PNS | Nominal |
5. | Berat badan | Berat badan penderita dalam kg. | Diukur dalam kg | Timbangan | Dalam kg | Rasio |
6. | Tinggi badan | Tinggi badan penderita dalam cm | Observasi | Meteran | Dalam cm | Rasio |
7. | Suhu tubuh | Pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas penderita | Observasi | Termometer | Dalam oC | Interval |
8. | Tekanan darah | Daya dorong kesemua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. | Observasi | Tensimeter | Dalam mmHg | Rasio |
9. | HB | Kadar | Observasi | Hasil lab | Dalam g/dl | Rasio |
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional dimana variabel independen dan dependennya diobservasi pada saat yang sama. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kini. (Nursalam, 200).
Penelitian deskriptif adalah menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala tau keadaan (Arikunto, 2005).
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah puskesmas Kayon Palangka Raya, waktu penelitian dilakukan selama 2 bulan dari tanggal 1 Mei -30 Juni 2010.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Hidayat, 2007).
Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang menderita DBD yang berobat di Puskesmas Kayon Palangka Raya dalam kurun waktu 1 Januari 2010 sampai 30 Juni 2010.
mbak, makasih contoh proposalx! :)
BalasHapusbtw, ada hasil skripsinya?
bisa email pd sy?
botarx.r@gmail.com
boleh saya mnta bab IV g kaka
BalasHapus