PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria adalah infeksi pada
sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang
ditularkan ke manusia melalui air liur nyamuk (Corwin, 2000:125)
Pada tanggal 01
Februari 2008 ditemukan kasus malaria di ruang A (Penyakit
Dalam Pria )
RSUD Dr. Doris Sylvanus .
Dalam pembuatan
laporan ini perlu digali lagi pengkajian dan penentuan tindakan askep yang dimana
di dalam laporan tersebut menggunakan pendekatan proses keperawatan.
B. Tujuan
Penulisan
a. Tujuan Umum
Memperoleh kemampuan dalam menyusun laporan studi kasus,
serta sebagai pengalaman nyata dalam melaksanakan Askep pada pasien malaria
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
b. Tujuan Khusus
- Mampu menerapkan
proses keperawatan pada malaria
- Penulis
mampu mendokumentasikan Askep.
C. Metode
Penulisan
a. Metode pembuatan laporan studi kasus yang
digunakan ialah: yang bersifat mengembangkan suatu keadaan objektif yang
dimulai dengan menggunakan data dan menarik kesimpulan yang selanjutnya
disajikan dalam bentuk naratif
b. Menggunakan
Pengumpulan Data Primer
- Metode yang dilakukan adalah
dengan melakukan wawancara pengkajian dan mengobservasi keadaan pasien selama
di rumah sakit.
- Metode pengumpulan data sekunder
Keperawatan yang digunakan
adalah dengan mempelajari status pasien, catatan Tim
kesehatan lainnya selama pasien berada di rumah sakit.
PEMBATASAN
I. KONSEP
DASAR
2.1.1.
Pengertian
Manusia adalah Infeksi
parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa spesial
plasmodium yantg ditularkan ke manusia melalui air nyamuk (Corwin
2000: 125)
Malaria adalah
penyakit ptozoa yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopeles (Issebacter,
1990:1001)
Malaria adalah penyakit akut maupun klinis yang disebabkan oleh plasmodium manusia dengan demam yang rekuren, anemia dan hepatospenomegali (Rampengann, 1993:185)
Malaria adalah penyakit akut maupun klinis yang disebabkan oleh plasmodium manusia dengan demam yang rekuren, anemia dan hepatospenomegali (Rampengann, 1993:185)
Malaria adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium dengan
gambaran penyakit berupa demam yang sering periodik, anemia, pembesaran limpa
dan berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruh pada berbagai organ, misalnya
otak, hati, dan ginjal (Soedarso, 1990:22).
2.1.2
Etiologi
Organisme penyebabnya adalah protozoa dari genus
plsdmodium. Empat spesies yang diketahui menginfeksi manusia yaitu:
-
Plasmodium
vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria
tertiana/vivax (demam tiap hari ke-3).
-
Plasmodium
falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup
ganasm mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria
tropika/falsifarum (demam tiap 24-48 jam).
Plasmodium malaria, jarang dan dapat
menimbulkan sidrom nefrotik dan menyebabkan malaria quartana (demam tiap hari
ke-4).
Plasmodium ovale, memberiakan infeksi
yang paling ringan dan sering sembuh spontan tanpa pengobatan, meyebabkan malaria
ovale (Harijanto, 2000:152)
2.1.3
Patofisiologi
Orang diinfeksi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina, jika terdapat sporozoit.
Merozoit akan dikeluarkan ke dalam darah dan hidup dalam hati akan menjadi merozoit.
Merozoit akan dikeluarkan ke dalam darah mereka kemudian akan menyerang sel
darah merah mereka melalui beberapa tahap, kemudian merozoit dikeluarkan dalam
jumlah yang banyak dengan waktu yang tertentu menyebabkan meningkatnya temperatur
yang merupakan ciri khas penyakit ini (Gibson, 1996:55)
Skema 1.
Partofisiologi Malaria
Parasit
Masuk Tubuh
Berkembang
Biak
Fase
Skizogomi
- Pecahnya
Skizon yang Matang Demam gangguan
rasa Nyaman
suhu tubuh
meningkat
sakit kepala
–
Merozoit keluar dan masuk ke darah
Erittrosit
hancur Kongesi
otak
Hemolisis
Sakit
Kepala Malaria
Serebral
Anemia
Penurunan
Kesadaran
Kelemahan Penimbunan pada
limpa
Intoleransi Kongesti Mual muntah, anoreksia
aktivitas
Spenomegali Gangguan pemenuhan nutrisi
(Gibson,
1996:55)
2.1.4 Manifestasi Klinis dan Komplikasi
2.1.4.1 Manifestasi Klinis
Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan
demam dengan interval tertentu yang diselingi oleh suatu periode (periode
laten) dimana si penderita bebas sama sekali dari demam.
Sebelum demam penderita biasanya merasa lemah,
sakit kepala, tidak ada nafsu makan, mual dan muntah. Pada penderita dengan
infeksi majemuk (lebih dari satu jenis plasmodium) atau suatu jenis plasmodium
tetapi infeksi berulang dalam jarak waktu berbeda, maka serangan panasnya bisa
terus-menerus (tanpa interval), sedangkan pada yang imun, maka gejalanya
minimal. Suatu parokinisme biasanya terdiri atas tiga stadium yang berurutan
yakni:
2.1.4.1.1
Stadium dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan
yang sangat dingin. Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutupi tubuhnya
dengan segala macam pakaian dan selimut yang tersedia. Nadi cepat tetapi lemah,
bibir dan jari-jari pucat dan sianosis, kulit kering dan pucat, penderita
mungkin dan bisa terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit-1 jam.
2.1.4.1.2
Stadium Demam
Setelah merasa kedinginan , pada stadium ini
penderita merasa kepanasan, muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti
terbakar sakit kepala, mual, serta seringkali tejadi. Nadi menjadi kuat lagi.
Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu badan meningkat sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2-12
jam.
2.1.4.1.3 Stadium
Berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali
sampia tempat tidurnya basah, kemudian suhu badan menurun dengan cepat,
kadang-kadang di bawah normal. Gejala tersebut diatas tidak selalu sama pada
setiap penderita tergantung pada spesie parasit, beratnya infeksi dan umur dari
penderita (Rampengan, 1993 : 188 – 190 ).
2.1.4.2. Komplikasi.
2.1.4.2.1 Anemia
Malaria Serebbal
Black water fever
Malaria nefrotis (Gibson, 1996; 531).
2.15 Pemeriksaan Penunjang
2.1.5.1. Pemeriksaan Hematologi
2.1.5.2. Pemeriksaan
mikroskopis / Parasitologi.
Pemeriksaan mikroskopis suatu kali yang memberikan hasil
negatif tidak menyingkirkan diagnosis malaria. Untuk itu diperlukan pemriksaan
serial dengan interval anatar pemeriksaan satu hari.
Mikroskopis sediaan dari tebal dan sediakan tipis merupakan
pemriksaan yang terpenting. Interprestasi pemriksaan mikrokopis yang terbaik
adalah berdasarkan hitung parasit dengan indentifikasi parasit yang tepat.
Secara kasar pada pemeriksaan tetes darah tebal sering dilaporkan
dengan kode plus (+) satu sampai dengan pius 4 ( + + + + ), yang artinya adalah
:
+ : 1 – 10 parasit per
100 Lapang pandang
+ + : 11 – 100 parisit
per 100 Lapang pandang
-+ + + : 1 – 10 Parasit per
satu lapang pandang
-+ + + : Lebih dari 10 Parasit
per satu lapang pandang.
2.1.5.3. Pemeriksaan Imunosrologis
Pemeriksaan ini dianjurkan untuk melengkpi pemeriksaan mikroskopis
atau sebagai koofirmasi jika identifikasi spesies paraisit dengan pemeriksaan
mikroskobis memberikan hasil yang meragukan
atau jika secara krisis dan pemeriksaan kimia klinik menunjukan tanda
infeksi malaria tetapi pemeriksaan mikkroskopis negatif.
2.1.5.4. Pemeriksaan
biokimiawi / kimia klinis.
Pemeriksaan kimia kllinis bukanlah pemeriksaan yang
menemukan diagnosis tetapi harus tetap dilakukan untuk menunjang pemeriksaan
yang lain (mikroskopis, hematologi dan tmuanoserologis) karena penting untuk
memantau perkembangan penyakit dan mendeteksi sendiri mungkin adanya lain
bilirubin, creatinin, ureum, slukosa darah urinalisis termasuk adanya
hemoglobinuria, dan taal Koagulasi (Plasma Prothorombin Time/PT dan Activated
Plasma Thromboplastin Time / APPT ) ( Hanjanto. 2006 ; 191 ; 192).
2.1.6. Penatalaksana Medis .
2.1.6.1 Malaria
2.1.6.1.1 P.
Falciparum yang resisten –
klorokuin
kuinin sulfat 650 mg per oral selama
7 hari.
Tekanan pediatrik, 10 mg/kg BB selama
7 hari.
Plus Salah Satu
Tetrasiklin 250 mg per oral selama 7 hari ; takaran
pediatrik, 5 mg / kg BB selama 7 hari
atau
perimetamin / sulfadoksin 3 tablet (25 mg perimetamin
dan 500 sulfadoksin per tablet) dalam dosis tunggal ; takaran periatrik 6-11
bulan, ¼ tablet ; 1 – 3 tahun, ½ tablet ; 4 – 8 tahun, 1 tablet, 9 – 14 tahun,
2 tablet > 14 tahun, 3 tablet.
Meflokuin. 15 – 25 org peparut basa per kg BB, dosis
tunggal (maksimum 1500 mg).
Halofantrin, 8 mg preparet basa per
kilogram BB setiap jam untuk 3 kali pemberian (maksimum 15 mg) per hari selama
14 hari untuk infeksi p.vivax atau p.ovale.
2.1.6.13
Malaria berat di rumah sakit
(dengan fasilitas perawatan)
Kuinidin glukonat 10 mg preparat basa yang diberikan per
infus dengan takaran inisial selama 1-2 jam, kemudian diikuti oleh pemberian
0,02 mg/kg/BB/menit untuk mempertahankan kadar kuinidin dalam darah sebesar 3-7
mg/l sampai parasitemia < 1 persen dan pasien dapat meminum obat, lengkapi
pengobatan dengan tablet kuridin sulfat selama 3-7 jam dan tetrasiklin atau
pirimetamin sulfadoksin seperti ditunjukkan diatas.
atau
Kuinin sulfat, 7 mg per kilogram yang diberikan per
infus dengan kecepatan konstan selama 30 menit sebagai pemberian inisial, yang
segera diikuti oleh pemberian 10 mg per kilogram BB diberikan selama 8 jam atau
sampai pasien dapat menyelesaikan 3-7 hari pengobatan. Secara oral dengan tablet
kuinin. Sulfat; tetrasiklin atau perimetamin/sulfadoksin juga harus diberikan
seperti ditunjukkan di atas.
Pengobatan Alternatif
Artemeteri dan senyawa yang ada hubungannya, 3,2 mg/kg
BB IM yang diikuti oleh 10 mg per kilogram BB setiap 8 jam sekali melalui
menyuntikan IM yang dalam.
Konsentrasi kuinin harus mencapai 60-100 mg gram kuinin
per millimeter darah, dan dosis pertama harus dipecah dengan separuh dosis
disuntikan IM yang dalam pada masing-masing paha.
Lakukan evaluasi pasien secepat mungkin (setelah
keadaannya stabil) kalau pasien dapat minum obat, selesaikan pengobatan dalam
waktu 3-7 hari dengan kuinin sulfat dan tetrasiklim atai
pirimetamin/sulfadoksin seperti ditunjukkan diatas (Isselbacher, 1999 : 1009).
2.2
Manajemen Asuhan
Keperawatan
2.2.1 Dasar Pengkajian Pasien
2.2.1.1
Aktivitas/Istirahat
Gejala : Keletihan,
kelemahan, malaise umum, kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk
bekerja, toleransi terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk tidur dan istirahat
lebih banyak.
Tanda : Takikardia/takipnea;
dispnea pada bekerja atau istirahat, litagi, menarik diri, lesu dan kurana
tertarik pada sekitarnya, kelemahan otot dan penurunan kekuatan, ataksia,
tubuh tidak tegak.
2.2.1.2
Sirkulasi
Gejala : Perasaan
dingin meskipun pada ruangan hangat
Tanda : TD
rendah, takikardia, bradikardia distritmia
2.2.1.3
Integritas Ego
Gejala : Ketidaberdayaan/putus
asa
Tanda : Status
emosi depresi, menolak, marah, ansietas
Eliminasi
Gejala : Diare/konstipasi
Nyeri abdomen tak jelas dan
distress, kembung
2.2.1.4
Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia,
mual/muntah
Tanda : Penurunan
berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot (mal nutrisi)
Penurunan haluaran, konsentrasi
urine, perkembangan ke arah oliguria.
2.2.1.5
Neurosensoris
Gejala : Sakit
kepala, pusing, pingsan
Tanda : Gelisah,
ketakutan, kacau mental, disorientasi, delirium/koma.
2.2.1.6
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Kejang,
abdominal, lokalisasi rasa sakit/ ketidaknyamanan
2.2.1.7
Pernapasan
Tanda : Takipnea
dengan penurunan pernapasan, infeksi baru, penyakit viral.
Suhu umumnya normal pada lansia
atau menunggu pasien, kadang sub normal (dibawah 36, 63 0C),
menggigil.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah
pernyataan dari masalah yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah
dikumpulkan yaitu:
2.2.2.1
Hipertermia berhubungan dengan
proses informasi
2.2.2.2
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah.
2.2.2.3
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik
2.2.2.4
Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan pengobatan.
(Doenges, 1999: 426 – 880)
2.2.3 Intervensi
2.2.3.1
Hipertermia dapat dihubungkan
dengan : peningkatan tingkat metabolisme, penyakit, inflamasi, dehidrasi, efek
samping dari sirkulasi endotaksin pada hipotalamus, perubahan pada regulasi
temperatur.
Kemungkinan dibuktikan oleh : peningkatan suhu tubuh
yang lebih besar ari jangkauan normal, kulit kemerahan, hangat waktu disentuh,
peningkatan pernapasan takikardia.
Intervensi:
2.2.3.1.1
Pantau suhu pasien (derajat dan
pola); perhatikan menggigil/diaforesis.
Rasional :
Suhu 38,90 – 41,1 0C menunjukkan
proses penyakit infeksius akut.
2.2.3.1.2
Pantau suhu lingkungan,
batasi/tambahkan linen tempat tidur, sesuai indikasi.
Rasional :
Suhu ruangan/jumlah selimuti harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal.
2.2.3.1.3
Berikan kompres hangat :
hindari penggunaan alkohol.
Rasional :
Dapat membantu mengurangi demam, selain itu, alkohol
dapat mengeringkan kulit.
2.2.3.1.4
Berikan antipiretik, misalnya
ASA (Aspirin), asetaminofen (Tylenol)
Rasional :
Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme, dan meningkatkan autodestruksi DR sel-sel yang
terinfeksi.
2.2.3.1.5
Berikan antibiotik
Rasional :
Antibiotik dapat membunuh kuman
2.2.3.1.6
Berikan selimuti pendingin
Rasional :
Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar
dari 39,5 0 – 40 0 C pada waktu terjadi
kerusakan/gangguan pada otak.
2.2.3.2
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh dapat dihubungkan dengan masukan tak adekuat, rancangan mentah
sendiri, anoreksia, mual dan muntah.
Kemungkinan dibuktikan oleh : berat badan 15% (atau
lebih) di bawah yang diharapkan, atau dalam rentang normal (bulimia).
Konjungtiva dan membran mukosa pucat, turgor kulit/tonus otot buruk.
Kehilangan rambut berat, peningkatan pertumbuhan rambut
pada tubuh (lanugo).
Intervensi :
2.2.3.2.1
Kaji tentang pemasukan makanan
Rasional :
Vengidentifikasi kebutuhan makanan pasien
2.2.3.2.2
Berikan makan sedikit dan
makanan kecil tambahan, yang tepat
Rasional :
Dilatasi gester dapat terjadi bila pemberian makan
terlalu cepat setelah periode puasa.
2.2.3.2.3
Buat pilihan menu yang ada dan
izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.
Rasional :
Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa
mengontrol lingkungan lebih suka menyediakan makanan untuk makan.
2.2.3.2.4
Timbang dengan timbangan yang sama
(tergantung pada program protokol)
Rasional :
Meskipun beberapa program memungkinkan pasien melihat
hasil timbangan ini memaksa isu kepercayaan pada pasien yang biasanya tidak
mempercayai orang lain.
2.2.3.2.5
Awasi program latihan dan susun
batasan aktivitas fisik. Tulis aktivitas/tingkat kerja (jalan-jalan dan
sebagainya).
Rasional :
Latihan sedang membantu dalam mempertahankan tonus
otot/berat badan dan melawan depresi. Namun, pasien dapat latihan terlalu
berlebihan untuk membakar kalori.
2.2.3.2.6
Berikan diet dan makanan ringan
dengan tambahan makanan yang disukai bila ada.
Rasional :
Memungkinkan variasi sediaan makanan akan memampukan
pasien untuk mempunyak pilihan terhadap makanan yang dapat dinikmati.
2.2.3.2.7
Berikan obat sesuai indikasi :
Siprofeptadin (periactin)
Rasional :
Antagonis serotonin dan histamine yang digunakan dalam
dosis tinggi untuk merangsang nafsu makan, menurunkan penolakan makanan, dan
melawan depresi.
Transquilizer utama, contoh klorpromazine (Thorazine).
Rasional :
Memungkinkan beran badan dan kerja sama pada program
psikoterapi tranquilizer utama digunakan hnya bila benar-benar perlu, karena
efek samping ekstra piramidal.
2.2.3.3
Intoleransi aktivitas dapat
dihubungkan dengan: kelemahan fisik, ketidakseimbangan antara supplai O2
(pengiriman) dan kebutuhan kemungkinan dibuktikan oleh: Kelemahan dan
kelelahan.
Mengeluh penurunan toleransi aktivitas/latihan lebih
banyak memerlukan istirahat/tidur. Palpasi, takikardia, peningkatan TD/respons
pernapasan dengan kerja ringan.
2.2.3.3.1
Kaji kemampuan pasien untuk
melakukan tugas/aks normal, catat laporan kelelahan, keletihan dan kesulitan
menyelesaikan tugas.
Rasional :
Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
2.2.3.3.2
Kaji kehilangan/gangguan
keseimbangan gaya
jalan, kelemahan otot.
Rasional :
Menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi Vit B12,
mempengaruhi keamanan panten/resiko cedera.
2.2.3.3.3
Awasi TD, nadi : pernapasan,
selama sesudah aktivitas peningkatan dengan jantung/TD, pusing, dispnea,
takipnea dan sebagainya).
Rasional :
Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru
untuk membawa jumlah O2 adekuat ke jaringan.
2.2.3.3.4
Berikan lingkungan tenang.
Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Pantau dan batasi pengunjung,
telepon dan gangguan berulang-ulang. Tindakan yang tak direncanakan.
Rasional :
Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan O2
tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
2.2.3.3.5
Ubah posisi pasien dengan
perlahan dan pantau terhadap pusing.
Rasional :
Hipotensi postural dan hipoksia serebral dapat
menebabkan pusing.
Rasional :
Hipotensi postural dan hipoksia serebral dapat
menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera.
2.2.3.3.6
Prioritaskan jadwal asuhan
keperawatan untuk meningkatkan istirahat pilih periode istirahat dengan periode
aktivitas.
Rasional :
Mempertahankan tingkat energi dan meningkatkan regangan
pada sistem jantung dan pernapasan.
2.2.3.3.7
Berikan bantuan dalam
aktivitas/ambulasi bila perlu, memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak
mungkin.
Rasional :
Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien
melakukan sesuatu sendiri.
2.2.3.3.8
Gunakan teknik penghematan
energi, misalnya mandi dengan duduk untuk melakukan tugas-tugas.
Rasional :
Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi
penyimpangan energi dan mencegah kelemahan.
2.2.3.4
Kurang pengetahuan (Kebutuhan
belajar) mengenai penyakir, prognosis, dan kebutuhan pengobatan dapat
dihubungkan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi
informasi, keterbatasan kognitif.
Kemungkinan dibuktikan oleh: pertanyaan/permintaan
informasi, pernyataan salah konsepsi ketidakakuratan mengikuti instruksi/perkembangan
komplikasi yang dapat dicegah.
Intervensi
2.2.3.4.1
Tinjau proses penyakit dan
harapan masa depan
Rasional :
Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
pilihan
2.2.3.4.2
Berikan informasi mengenai
terapi obat-obatan, interaksi, efek samping dan pentingnya ketaatan pada
program.
Rasional :
Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerjasama dalam
penyembuhan/profilaksis, dan mengurangi risiko kambuhnya komplikasi
2.2.3.4.3
Diskusikan kebutuhan untuk
pemasukan nitrisional yang tepat/seimbang.
Rasional :
Perlu untuk penyembuhan optimal dan kesejahteraan umum.
2.2.3.4.4
Dorong periode istirahat
adekuat dengan aktivitas yang terjadwal.
Rasional :
Mencegah kepenatan, penghematan energi dan meningkatkan
penyembuhan.
2.2.3.4.5
Identifikasi
tanda-tanda/gejala-gejala yang membutuhkan evaluasi medis, misalnya peningkatan
suhu menetap, takikardia, sinkope, ruam yang tidak diketahui asalnya, kepenatan
yang tidak dapat dijelaskan, anoreksia, peningkatan rasa haus dan perubahan
pada fungsi kandung kemih.
Rasional :
Pengenalan diri dari perkembangan/kambuhnya infeksi akan
memungkinkan intervensi dan mengurangi risiko perkembangan ke arah situasi yang
membahayakan jiwa.
2.2.3.4.6
Tekankan pentingnya imunisasi
profilaktik/terapi antibiotik sesuai kebutuhan.
Rasional :
Penggunaan pencegahan terhadap infeksi
2.2.4 Implementasi
Melaksanakan tindakan untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan rencana. Pelaksanaannya mengacu pada rencana tindakan
yang telah dirumuskan, selama melaksanakan tindakan perawat menilai efektivitas
tindakan keperawatan dan respon pasien, juga mencatat dan melaporkan tindakan
perawatan yang diberikan serta mencatat reaksi pasien yang timbul (Doenges,
1999 : 426-880).
2.2.5 Evaluasi
2.2.5.1
Diagnosa keperawatan
hipertermia hasil diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan : suhu dalam batas
normal, bebas dari kedinginan, tidak mengalami komplikasi yang berhubungan.
2.2.5.2
Diagnosa keperawatan perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi
pasien akan: menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi, menyiapkan pola diet
dengan masukan kalori adekuat untuk meningkatkan/ mempertahankan berat badan
yang tepat, menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang
diharapkan individu.
2.2.5.3
Diagnosa keperawatan
intoleransi aktivitas hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan:
melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari),
menunjukkan penurunan tanda fisiologis intorelansi, misalnya : nadi, pernapasan
dan TD masih dalam rentang normal pasien.
2.2.5.4
Diagnosa keperawatan kurang
pengetahuan hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan: menunjukkan
pemahaman akan proses penyakit dan prognosis. Dengan tepat menunjukkan prosedur
yang diperlukan dan menjelaskan rasional dari tindakan. Melalui perubahan gaya hidup yang
diperlukan. Ikut serta dalam program pengobatan (Doenges, 1999: 426 – 880).
II.
MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. Identitas Pasien
Nama Tn. K, umur 35 tahun, jenis kelamin laki-laki, suku/bangsa
Dayak/Indonseia, agama Kristen Protestan, pekerjaan swasta, pendidikan SMA,
status perkawinannya kawin, alamat Kabuapten Pulang Pisau, tanggal MRS 01 Februari 2008, dan diagnosa
medis Malaria.
II. Riwayat Kesehatan/Perawatan
1. Keluhan utama
Pasien
mengatakan: “Nafsu makan saya kurang, mual, dan badan saya terasa lemah”.
2. Riwayat
penyakit sekarang;
Pada
tanggal 29 Januari 2008 pasien mengeluh demam dan menggigil dan dirawat selama
3 hari di RS Pulang Pisau, lalu pasien pulang. Dan pada tanggal 01 Februari
2008 pasien dirujuk ke RSUD Doris Sylvanus atas permintaan keluarga pasien dan
minta konsul di IGD Doris Sylvanu. Di IGD pasien mendapat tindakan
medis/theraphy berupa inf. 105 % dan drip chlorogun 2 ampl; 20 tts/mnt. Inj.
cefotxin 1 gram (skin test sudah di RSUD Pulang Pisau). Kemudian pasien dirawat
inap di Rg. A (Penyakit Dalam Pria)
3. Riwayat
penyakit sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Sebelumnya pasien tidak pernah menderita penyakit yang sama (malaria) dan
tidak pernah mendapat tindakan operasi
4. Riwayat
penyakit keluarga
Didalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti pasien.
Dan tidak ada yang menderita penyakit turunan seperti: Diabetes melitus,
Hipertensi, dll. Ataupun penyakit menular seperti: TBC, Hepatitis, dll
C. Genogram Keluarga
Keterangan:
:
laki-laki/perempuan
:
perempuan
:
laki-laki
:
pasien
:
tinggal serumah
:
Garis keluarga
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan
Umum:
Kesadaran
pasien compos menthis, pasien tampak lemah dan lesu, pasien tampak lebih banyak
istirahat/tidur, pasien ada muntah 1x, terpasang infus DS%: 22 tts/mnt di
tangan kanan pasien.
2. Status
mental:
Tingkat kesadaran compos
menthis, bentuk badan kurus, cara berbaring/bergerak terlentang, berbicara
jelas, penampilan cukup rapi, fungsi kognitif:
·
Orientasi
waktu: pasien mengetahui saat ini sore
·
Orientasi
orang: pasien dapat membedakam antara kelurahan dan tim kesehatan
·
Orientasi
tempat: pasien mengetahui dirinya berada di RS
Proses
berpikir bloking, insight baik, mekanisme pertahanan diri adaptif.
3. Tanda-tanda
Vital:
Suhu/T 37°C axilla, nadi/HR 84 x/mt, pernapasan/RR 18 x/tm,
tekanan darah/BP 90/70 mmHg
4. Pernapasan
(breathing)
Bentuk dada
simetris, type pernapasan teratur, dada dan perut, irama pernapasan teratur, suara
nafas vesukuler.
5. Cardiovaskuler
(bleeding) <2 detik.
6. Persyarafan
(brain):
Nilai
GCS:
E : 4 (membuka mata spontan)
V : 5 (orientasi baik)
M : 6 (mengikuti perintah)
Kesadaran
compos menthis, pupil isokor, refleks cahaya kanan positif, kiri, positif.
7. Elimisnasi
uri (bladder):
Produksi
urine : ± 1250 ml 5 x/hr
Warna : kuning
Bau : amoniak
8. Eliminasi
Alvi (Bowel)
Mulut
dan Faring
Bibir tidak
lembab, gigi tidak terdapat karies, gusi tidak ada pendaratan, lidah bersih,
mukosa tidak lembab, tonsil tidak ada peradangan, rectum tidak ada Hoemoroid,
BAB 1x/hr, warna kuning, konsistensi lembek.
9. Tulang-otot-
integumen (Bone)
Kemampuan
pergerakan sendi bebas, ukuran otot simetris, uji kekuatan otot ekstrimitas
atas 5 5, ektrimitrimitas bawah
5 5, tulang belakang normal.
Kulit-kuku-rambut
Suhu kulit
hangat, warna kulit normal, turgor cukup, tekstur halus, tekstur rambut lurus,
distribusi rambut merata.
10. Sistem
penginderaan
a. Mata/penglihatan
Gerakan bola mata bergerak
normal, selera normal/putih, konjunctiva pucat/anemic, kornea bening,
b.
Hidung/penciuman bentuk
simetris.,tidak ada terdapat polip.
Masalah keperawatan: konjuctiva pasien
pucat.
11. Leher dan kelenjar limfe:
E. Pola
Fungsi Kesehatan
1. Persepsi
Terhadap Kesehatan dan penyakit
Pasien
mengatakan: “sehat adalah sesuatu yang sangat berharga, saya bisa beraktivitas.
Sakit membuat saya tidak bisa beraktivitas dan sangat tidak enak”
2. Nutrisi metabolisme
TB : 162 Cm
BB
sekarang : 57 Kg
BB
sebelum sakit : 59-Kg
Diet
lunak
Mual,
muntah 1 kali/hari
Tidak
kesukaran menelan
Masalah
keperawatan: pasien kurang, selera makan (hanya mampu menghabiskan ¼ porsi
makanan dari yang disediakan)
Pola makan sehari-hari
|
Sesudah sakit
|
Sebelum sakit
|
Frekuensi/hari
|
3x/hari
|
3x/hari
|
Porsi
|
¼ porsi
|
1 porsi
|
Nafsu makan
|
Kurang
|
Baik
|
Jenis makanan
|
Bubur, sayur, ikan
|
Bubur, sayur, ikan
|
Jenis minuman
|
Air putih
|
Air putih
|
Jumlah minuman/cc/24 jam
|
1250-1500 cc/24/jam
|
1250-1500 cc/24 jam
|
Kebiasaan makan
|
Pagi, siang, malam
|
Pagi, siang, malam
|
Keluhan/masalah
|
Pasien mengatakan:
“Nafsu makan saya kurang”
|
3. Pola
istirahat dan tidur
Sebelum
sakit : Tidur siang: 1-2 jam
Tidur
malam: 7-8 jam
Saat
sakit : Tidur siang : 1-2 jam
Tidur
malam: 6-7 jam
4. Kognitif:
pasien cukup mengerti dengan penyakit yang ia alami sekarang.
5. Konsep
dir (gambaran diri, ideal, identitas, harga diri, peran):
Pasien mengatakan: “saya tidak merasamalu dengan penyakit yang saya alami
sekarang”
6. Aktivitas
sehari-hari
Pasien dibantu dan melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum,
BAB, BAK
Masalah
keperawatan: aktivitas pasien dibantu keluarga dan perawat.
7. Koping-Tolerangsi
terhadap stress: apabila mempunyai masalah pasien selalu menceritakan kepada
istri dan keluarga.
8. Nilai
pola keyakinan
Pasien
menyatakan: “segala tindakan yang dilakukan oleh kesehatan dalam pengobatan dan
perawatan yang diberikan tidak bertentangan dengan kepercayaan yang saya anut.”
F. Sosial-Spiritual
1. Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berbicara dengan jelas
2. Bahasa sehari-hari dayak dan kadang-kadang
bahasa Indonesia.
3. Hubungan dengan keluarga baik dan harmonis
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang
lain baik dan, pasien dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dalam
pengobatan dan perawatan.
5. Orang berarti/terdekat: istri dan anak-anak
pasien
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang
beristirahat di tempat tidur.
7. Kegiatan beribadah: sebelum sakit pasien
beribadah ke gereja, namun saat sakit pasien hanya berdoa di tempat tidur saja.
G. Data Penunjang (Radiologi, Laboratorium,
Penunjang lainnya)
normal
Hemoglobin
2,8 9 % L:
13,5-18,09 %
Glukosa 82 md/di <
200 mg/di
Ureum 3,2 md/mi 21-53 mg/di
Creatinin 2,4 md/di 0,17-15 mg/di
SGOT 2,3 U/L
SGPT 17 U/L
Gol
Darah -A-
H. Penatalaksanaan Medis
Inf.105 %/RL 20 tts/mnt
Cetotaxin 2 x 1 grm
Ranitidin 2 x 1 ampl
Geptamitan 2 x 1 tab
As.
Folat 3 x 1 tab
Progesa 3 x 1 gram
Klorokuin 1 x 1 tab
Primakuin
(hari Iàmalaria)
II. ANALISA DATA
DATA
SUBJEKTIF DAN DATA OBJEKTIF
|
KEMUNGKINAN
PENYEBAB
|
MASALAH
|
1. Ds : Pasien mengatakan
Nafsu makan saya kurang
Perut saya terasa mual
Do : Pasien tampak kuran tapak berselera
makan
- Pasien hanya mampu menghabiskan ¼ posi makanan
dari 1 porsi makanan yang disediakan
- Pasien sebelumnya muntah 1 x
- BB sebelum sakit = 60-61 kg
- BB saat sakit
= 57 kg
- Pasien tampak kurus
- Membran mukosa Pucat
Konjungtiva pucat
2. Ds : Pasienmengatakan :
“Badan
saya terasa lemah”
Do : - Pasien tampak lemah.lesu
- pasien berbaring di tempat tidur
- tanda-tanda vital
S = 37o
C (axila)
N = 84 X
/Mnt
TD =
90/70 mmhg
- Aktivitas pasien dibantu
Oleh
keluarga dan pasien.
|
Anoreksia,Mual/
Muntah
Kelemahan Fisik
|
Perobatan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Intoleransi aktivitas
|
PRIORITAS
MASALAH
1. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d
Anoreksia, mual/muntah (Doenges 1999: 426-880)
2. Intoleransi
Aktivitas
b/d
kelemahan fisik (Doenges 1999: 426-880)
How to Find the Best Casino - Dr.MD
BalasHapusFind an online 세종특별자치 출장샵 casino for you, one 세종특별자치 출장샵 of 광주 출장샵 the most reputable gambling sites. Read our reviews to find 이천 출장마사지 the best casinos 인천광역 출장안마 for you. Start now!